Sebanyak 25 persen dari total dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2014 Kota Cimahi, Jawa Barat, sebesar Rp 1,037 triliun ternyata digunakan untuk kegiatan seremonial yang condong untuk pencitraan semata.
Itu terlihat dari pengalokasian anggaran yang diajukan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Hal tersebut, diungkapkan anggota Komisi I DPRD Kota Cimahi Dedi Kuswandi.
"Padahal, rakyat itu butuh program yang realita di lapangan. Bukan diberikan program yang bersifat seremonial atau omong kosong saja, karena hal tersebut tidak penting buat rakyat," ujar Dedi di Cimahi, Minggu (26/1/2014).
Pemkot Cimahi, kata Dedi, harus lebih mengedapankan segala yang dibutuhkan rakyat. Semua programnya harus menjadi bukti nyata perbaikan di lapangan sesuai dengan hasil turun langsung ke masyarakat.
"Saya melihat seremonial ini hanya untuk pencitraan saja," katanya.
Bahkan, kata Dedi, jika melihat APBD tahun-tahun sebelumnya, program yang sifatnya seremonial hanya sekitar 15 persen.
"Karenanya, bisa saja untuk tahun ini ada indikasi yang berkaitan dengan tahun politik. Jadi, setiap programnya sambil dilakukan safari politik. Artinya pencitraan ditonjolkan, tapi bentuk bantuan nyata kepada rakyat tidak ada," ungkapnya
Itu terlihat dari pengalokasian anggaran yang diajukan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Hal tersebut, diungkapkan anggota Komisi I DPRD Kota Cimahi Dedi Kuswandi.
"Padahal, rakyat itu butuh program yang realita di lapangan. Bukan diberikan program yang bersifat seremonial atau omong kosong saja, karena hal tersebut tidak penting buat rakyat," ujar Dedi di Cimahi, Minggu (26/1/2014).
Pemkot Cimahi, kata Dedi, harus lebih mengedapankan segala yang dibutuhkan rakyat. Semua programnya harus menjadi bukti nyata perbaikan di lapangan sesuai dengan hasil turun langsung ke masyarakat.
"Saya melihat seremonial ini hanya untuk pencitraan saja," katanya.
Bahkan, kata Dedi, jika melihat APBD tahun-tahun sebelumnya, program yang sifatnya seremonial hanya sekitar 15 persen.
"Karenanya, bisa saja untuk tahun ini ada indikasi yang berkaitan dengan tahun politik. Jadi, setiap programnya sambil dilakukan safari politik. Artinya pencitraan ditonjolkan, tapi bentuk bantuan nyata kepada rakyat tidak ada," ungkapnya