Banyaknya alih fungsi lahan di Kota Cimahi membuat resapan air tanah semakin berkurang. Akibatnya, pada musim kemarau terjadi kekeringan. Sementara di musim hujan terjadi musibah banjir.
Untuk menyiasatinya, Pemkot Cimahi melalui Bidang Permukiman dan Perumahan pada Dinas Pekerjaan Umum (PU) mengoptimalkan pemberdayaan embung sebagai konservasi air. Saat ini baru dibangun sebanyak 5 embung, yaitu di Kel. Citeureup, Kel. Cibabat, Kel. Setiamanah, Kel. Leuwigajah, dan Kel. Cibeureum. Rencananya pada tahun ini akan menambah 1 embung di RW 02 Kel. Leuwigajah.
Kepala Bidang Pemukiman dan Perumahan, H. Ade Ruhiat menyampaikan tahapan pembangunan embung di Leuwigajah baru selesai dalam pembenahan lahan. "Luas embung yang akan dibangun di Leuwigajah sekitar 2 ha, yang lokasinya di daerah cekungan. Nantinya embung tersebut dapat menjadi tempat persediaan air, karena daerah Leuwigajah menjadi salah satu wilayah yang sering kekurangan air di musim kemarau," papar Ade, Rabu (28/9).
Selain rencana pembangunan embung di Leuwigajah, tambah Ade, pemerintah juga mengupayakan pembangunan embung di perbatasan Kel. Cibabat (Cimahi Utara) dengan Kel. Cimahi (Cimahi Tengah). Namun, keinginan pembangunan embung tersebut masih terkendala lahan.
"Saat ini lokasi yang ingin dibuat embung masih berupa sawah milik masyarakat. Keinginan kami membangun embung di daerah tersebut masih terkendala pembebasan lahan. Padahal upaya membangun embung merupakan kebutuhan Kota Cimahi dalam menyiasati masalah kekeringan di musim kemarau," ungkap Ade.
Ia menjelaskan kondisi saat ini air permukaan tanah terus menurun, sehingga kebutuhan pembangunan embung menjadi keharusan untuk memenuhi kebutuhan air permukaan. Hal ini karena warga Kota Cimahi yang baru terlayani oleh PDAM baru sekitar 14 persen, sedangkan jumlah sumur artesis sebanyak 38 sumur.
"Nama Cimahi terdiri atas dua suku kata, yaitu caina dan mahi, tapi kondisi sekarang tidak demikian. Untuk itu, pemerintah masih perlu lagi membuat banyak embung di banyak lokasi. Saat ini embung yang sudah dimiliki luasnya masih kecil. Padahal jika dioptimalkan dan masyarakat memahami fungsinya, maka embung dapat dibuat lebih besar sebagai tempat konservasi air sekaligus tempat wisata," katanya.
Sementara itu, petugas lapangan bidang pertanian Kota Cimahi, Saefudin mengatakan tidak sedikit areal pertanian yang berubah fungsi menjadi permukiman. "Pada tahun 2011 banyak terjadi alih fungsi lahan. Buktinya saat ini areal persawahan luasnya 288 hektare, padahal tahun sebelumnya sekitar 293 hektare sehingga terjadi penyusutan lahan seluas 5 hektare," jelas Saefudin seraya menambahkan, penyusutan lahan sawah salah satunya di daerah Cibeber yang saat ini menjadi rest area.
0 comments:
Posting Komentar