Kehadiran sejumlah madrasah di Cimahi yang menawarkan pendidikan Islam, belum sepenuhnya diapresiasi oleh masyarakat dan pemerintah. Peran madrasah masih termarginalkan dan diaganggap sebagai pendidikan kelas dua. Bahkan oleh masyarakat Barat, madrasah kerap diidentikkan sebagai lembaga yang mengajarkan radikalisme.
"Kondisi objektif madrasah saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Citranya tidak terlalu bagus dan dianggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua, tradisional, dan hanya mengajarkan keagamaan," kata Euis Ratna Gumilang, pendidik sekaligus pembina sebuah madrasah di Cimahi, Senin (28/11).
Menurutnya, hal itu wajar karena madrasah kebanyakan dibangun oleh individu atau masyarakat muslim yang didasarkan pada kesadaran keberagamaan, serta melihat pentingnya ajaran agama bagi anak-anak generasi penerus, bukan oleh pemerintah.
Latar belakang peserta didik di madrasah pun pada umumnya dari keluarga yang kelas ekonominya menengah ke bawah. Bahkan banyak madrasah yang didirikan memang untuk menampung fakir miskin dan yatim piatu sebagai lembaga sosial kependidikan.
Dikatakan, status guru madrasah juga masih timpang. Guru tidak tetapnya jauh lebih banyak dari guru tetap (PNS). Selain itu, guru madrasah sendiri masih ada yang tidak berkualitas dan kurang memenuhi standar kompetensi serta performa yang dibutuhkan. "Ditambah lagi gajinya masih sangat kecil, di bawah upah minimum regional (UMR)," ungkapnya.
Karena itu, tambahnya, madrasah menghadapi persoalan yang cukup dilematis di bidang manajemen. Misalnya dalam bidang kelembagaan, kurikulum, perencanaan, dan kepemimpinan. Di bidang kelembagaan contohnya. Karena dikelola yayasan swasta, konsekuensinya pengelola madrasah memiliki kemandirian atau otonomi yang amat besar dalam pengelolaan (manajemen) beberapa komponen pendidikan.
"Sebagian masyarakat masih beranggapan, untuk pembelajaran di madrasah terkesan yang penting materi pelajaran sampai kepada peserta didik. Padahal tidak, karena kita sudah melakukan pembelajaran berorientasi pada pengembangan potensi siswa. Selain itu, pembelajaran telah terorganisasi dengan baik dari segi perencanaan, metodologi pembelajaran, dan evaluasi," paparnya.
Perencanaan penyelenggaraan pendidikan di madrasah, lanjutnya, mulai diorganisasi dengan baik dan tidak lagi terkesan tradisional, konvensional atau insidental. "Kita sudah mampu menetapkan perencanaan sesuai prinsip manajemen," ucapnya.
Ketertarikan terhadap madrasah untuk era sekarang ini, dikarenakan selain pengetahuan agama, madrasah juga menyajikan pengetahuan modern.
0 comments:
Posting Komentar