Sedikitnya 1-2% hewan kurban yang dijual di Kota Cimahi berpenyakit. Selain ORF seperti penyakit dakangan/bengoren, penyakit lain yang ditemukan pada hewan kurban yaitu timpani (kembung/ cacingan) dan penyakit mata.
Hal tersebut diakui Kepala Bidang Pertanian Dinas Koperasi, Industri, Perdagangan, dan Pertanian (Diskopintagtan), drh. Suyoto kepada wartawan di Puskeswan Kota Cimahi, Jln. Baros, Senin (15/11). "Selama ini Cimahi sudah bebas dari ORF, tetapi penyakit ini nyatanya masih ditemukan saat pemeriksaan hewan kurban. Rupanya, hewan tersebut bukan asli dari Cimahi, tetapi memang didatangkan dari daerah lain," katanya.
Ia menyampaikan, tiga penyakit tersebut jika secepatnya ditangani maka hewan kurban akan kembali sehat dan dapat dikonsumsi. "Kami menemukan tiga penyakit itu di sejumlah tempat penjualan hewan kurban pada saat pemeriksaan kesehatan sejak H-10. Ketika ditemukan harus langsung dipisahkan dengan hewan lainnya yang sehat, karena penyakit tersebut menular. Tetapi dapat sembuh jika tertangani dengan pengobatan yang intensif," katanya.
Suyoto menyampaikan, saat ini jumlah sapi yang telah diperiksa antemortem sebanyak 411 ekor. Mengalami penurunan sebanyak 63 ekor dibandingkan tahun lalu yaitu 474 ekor. Sedangkan domba yang telah diperiksa sebanyak 4.349 ekor dan mengalami peningkatan sebesar 105 ekor dibandingkan tahun lalu yaitu 4.244 ekor.
"Total sapi dan domba yang telah diperiksa sebanyak 4.760 ekor. Masih ada 0,1% yang belum diperiksa. Karena pemeriksaan tidak hanya berlangsung sebelum kurban, tetapi juga pada pelaksanaan pemotongan hewan kurban," katanya.
Suyoto menyebutkan, tahun lalu, sapi dan domba yang dipotong sebanyak 4.713 ekor. "Tahun ini belum tahu jumlah hewan yang akan dipotong. Karena, hewan kurban yang dijual itu belum tentu laku semuanya. Tapi jika melihat populasi, jumlahnya meningkat sekitar 3.000-an dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini populasi domba/kambing sebanyak 13.250 ekor, sedangkan sapi 565 ekor," katanya.
Kendati populasinya meningkat, namun sejumlah pedagang mengeluhkan sepinya pembeli. Seperti yang dilontarkan Nendi (27). Menurutnya, tingginya harga jual sapi membuat permintaan menjadi menurun.
"Belum begitu ramai. Biasanya sehari menjelang Iduladha sudah banyak yang beli. Kalau sekarang banyaknya baru yang nawar-nawar," ujar Nendi.
0 comments:
Posting Komentar