PENINGKATAN mutu pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler menjadi alasan bagi sekolah yang selama ini memungut dana sumbangan pendidikan (DSP). Tetapi tanpa DSP nyatanya sekolah mampu memaksimalkan dana bantuan operasional sekolah (BOS).
Potret keberhasilan sekolah dalam pengelolaan BOS yaitu SMPN 8 Cimahi di Leuwigajah. Setiap tahun anggaran BOS yang diterima sekolah Rp 800.000 dengan total murid sebanyak 1.133. Boleh jadi, besaran tersebut belum ideal. Apalagi sekolah ini berada di daerah perbatasan antara Cimahi dengan Kab. Bandung Barat (KBB) dan dihuni siswa tidak mampu sekitar 300 orang atau hampir 30% dari siswa keseluruhan.
"Dana BOS yang diterima memang belum ideal karena idealnya Rp 1,7 juta, tetapi kami mencoba bagaimana dengan dana yang ada ini dapat memaksimalkannya. Salah satunya, peningkatan angka akademik siswa serta peningkatan prestasi lainnya di bidang ekstrakurikurer sekolah," kata Kepala Sekolah SMPN 8 Cimahi, Drs. Ena Laksana saat ditemui di ruang kepala sekolah SMPN 8 Cimahi, Kamis (4/8).
Ia menyebutkan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang tidak jarang mendulang prestasi mulai dari tingkat kota, provinsi sampai tingkat nasional seperti Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, bola voli, paskibra, dan futsal. "Alhamdulillah selama ini kami dapat menyelenggarakan kegiatan akademik dan non-akademik meskipun tanpa mengandalkan DSP, karena memang dilarang apalagi dengan menentukan besarannya. Sekolah kami tidak pernah memungut DSP seperti itu," ungkapnya.
Selain itu, bagi siswa kurang mampu dan berprestasi sekolah juga memberikan uang transpor yang juga bersumber dari BOS. Melihat latar belakang para siswa, tidak sedikit berasal dari keluarga kurang mampu yang dibuktikan dengan SKTM. Pihak sekolah pun memiliki program Guru Peduli. Program ini sebagai antisipasi agar siswa tidak mampu yang tidak tercover BOS tetap dapat menikmati fasilitas yang sama dan terjun di semua kegiatan.
"Jatah BOS untuk membantu siswa kurang mampu yaitu sebanyak 40 siswa dengan besaran per bulannya Rp 30 ribu dan dibayarkan sekaligus di akhir tahun. Sedangkan sisanya dibiayai dari program Guru Peduli. Setiap guru secara sukarela menyisihkan gajinya untuk membiayai siswa tersebut," ungkapnya.
Meski telah mampu mengoptimalkan BOS, namun Ena tidak menutup mata jika ada orangtua murid yang secara sukarela memberikan sumbangan.
"Pada Sabtu (30/7), kami membuka dialog dengan pihak orangtua mengenai kebutuhan sekolah yang belum tercover BOS. Kami meminta secara sukarela tidak dipatok jumlahnya berapa. Tetapi sampai sekarang belum menerima sumbangan apa pun dari pihak orangtua dan itu tidak masalah bagi kami. Apabila mau memberi silakan, tidak memberi pun tidak apa-apa. Karena intinya tidak mau memberatkan orangtua siswa," papar Ena yang telah menjabat kepala sekolah di SMPN 8 Cimahi sejak 2008 lalu.
Sekolah ini juga tertata dengan baik, bersih, dan rapi. Dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya dengan mengadakan pemantapan bagi kelas 9 di sekolah. Kemudian fasilitas ekstrakurikuler seperti PMR cukup baik seperti 10 tempat periksa pasien, peralatan medik sederhana yang biasa dipakai siswa.
Keberhasilan prestasi akademik dan ekstrakurikuler di SMPN 8 Cimahi kiranya dapat menjadi contoh sekolah lainnya yang selama ini mengandalkan DSP dari orangtua murid. Apalagi memungut dana dengan besaran dipatok.
Informasi Bisnis :
0 comments:
Posting Komentar